Kamis, 28 Oktober 2010

DASAR TEORI INDUSTRI – TEORI WEBER

Alfred Weber merupakan seorang ekonom Jerman yang juga menjadi pengajar di Universitas Praha pada tahun 1907. Kemudian pada tahun 1907-1933 ia juga mengajar di Universitas Heidelberg (Jerman). Weber memiliki teori yang berkaitan dengan least cost location. Teori tersebut menyebutkan bahwa lokasi industri sebaiknya diletakkan di tempat yang menyebutkan bahwa lokasi industri sebaiknya diletakkan ditempat yang memiliki biaya yang memiliki sewa lahan paling minimal. Tempat yang memiliki total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimal dan cenderung identik dengan tingkat keuntungan yang maksimal.
Weber mengemukakan enam teori sebagai berikut:
• Wilayah yang seragam dalam hal topografi, iklim dan penduduknya.
• Sumber daya dan bahan mentah. Tidak semua jenis sumber daya alam terdapat di setiap tempat.
• Upah tenaga kerja. Ada upah yang baku yang telah ditetapkan sehingga jumlahnya sama di setiap tempat, tetapi ada pula upah yang merupakan hasil persaingan antar penduduk.
• Biaya transportasi. Besarnya biaya transportasi tergantung pada massa bahan baku serta jarak dari asal bahan baku ke lokasi pabrik.
• Terdapat kompetisi antarindustri. Setiap industri pasti melakukan persaingan untuk memperoleh pasar dan keuntungan yang lebih besar.
• Manusia selalu berfikir rasional untuk pengembangan industri.
Dengan mengguanakan asumsi diatas maka biaya transportasi akan tergantung pada bobot barang dan jarak pengangkutan. Pada prinsipnya yang harus diketahui adalah unit yang merupakan hubungan fungsional dengan biaya serta jarak yang harus ditempuh dalam pengangkutan itu memiliki biaya yang sama. Disini dapat diasumsikan bahwa harga satuan angkutan kemana-mana sama, sehingga perbedaan biaya angkutan hanya disebabkan oleh bobot barang dan jarak yang ditempuh.

Faktor-faktor teori Weber yang mempengaruhi penempatan lokasi industri:
• Bahan Baku
Berdasarkan teori segitiga Weber, seorang produsen akan menentukan letak pabriknya di lokasi yang dapat memberikan keuntungan optimal. Contohnya pada industri semen, bahan baku semen mempunyai massa yang lebih besar apabila dibandingkan dengan hasil produksinya. Hal inilah yang menyebabkan para produsen semen menempatkan pabriknya di daerah yang dekat dengan sumber bahan baku.
• Tenaga Kerja
Pada umumnya produsen lebih menyukai tenaga kerja yang berasal dari sekitar daerah lokasi industri. Karena biaya transportasi yang dikeluarkan untuk tenaga kerja di pabrik tersebut lebih murah, sehingga para buruh tidak menuntut upah yang terlalu tinggi
• Aksesibilitas
Aksesibilitas dapat memacu proses interaksi antar wilayah sampai ke daerah yang paling terpencil sehingga tercipta pemerataan pembangunan. Semakin kecil biaya transportasi antara lokasi bahan baku menuju pabrik dan lokasi pemasaran maka total biayanya juga semakin kecil.
Weber juga mengelompokkan industri menjadi dua. Yang pertama adalah industri weight losing yaitu industri yang hasil produksinya memiliki berat yang lebih ringan daripada bahan bakunya, misalnya industri kertas. Oleh karena itu maka seharusnya lokasi pabrik diletakkan didekat sumber bahan baku. Yang kedua adalah weight gaining, untuk yang kedua ini sebaiknya diletakkan dekat dengan pasar. Penggunaan kedua prinsip ini akan mengalami kesulitan apabila berat benda yang masuk dalam perhitungan tidak jauh berbeda.
Perkembangan suatu kawasan bermula dari satu titik, yaitu pusat kota yang kemudian dalam perkembangannya bersifat menyebar.perkembangan yang terjadi di suatu kawasan, terutama yang berkaitan dengan sektor industri, akan memberikan pengaruh yang cukup besar dan mendorong perkembangan pada sektor-sektor lainnya. Maka dapat dikatakan bahwa perkembangan suatu kawasan mempunyai dampak terhadap perkembangan kawasan yang berada disekitarnya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan kawasan industri adalah adanya transportasi yang memadai. Peranan sarana transportasi ini untuk menyediakan aksesbilitas bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, serta untuk meningkatkan kehidupan sosial ekonomi. Semakin kecil biaya transportasi dari lokasi bahan baku ke tempat produksi maka jumlah biaya yang digunakan untuk mengangkut bahan baku maupun hasil produksi akan semakin kecil pula.

1 komentar:

Oj mengatakan...

MINIMAL SEDIKIT EMBANTU, LANJUTKAN...SOB

Posting Komentar